John Stuart Mill – Prinsip Kegunaan, Produksi,
dan Stagnasi Ekonomi
1.Pengantar
Pemikiran Smith mengenai masyarakat perdagangan bebas telah menjadi
titik tolak pemikiran ekonomi modern. Smith telah membuka sebuah diskusi dalam
ekonomi modern mengenai hubungan antara kebebasan bisnis dan kontrol pemerintah
. Kontrol yang berlebihan akan mematikan inisiatif individu, dan monopoli
ekonomi akan menghasilkan kerugian besar bukan saja bagi kesejahteraan
masyarakat, tetapi juga bagi kegiatan ekonomi itu sendiri.
John Stuart Mill (1806-1873), seorang filsuf utilitarian yang lebih
memilih untuk berkonsentrasi pada bidang filsafat sehingga ia lebih dikenal
sebagai filsuf dibanding sebagai ekonom. Mil menulis sebuah buku kecil dengan
judul Principles of Political Economy
(1848). Buku ini berupaya memahami masalah ekonomi sebagai suatu masalah
sosial; masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk
dalam negeri dan persaingan antarproduk, maupun masalah distribusi melalui
instrument uang dan kredit. Pendahulunya, seperti Robert Malthus (1766-1834)
dan David Ricardo (1772-1823) berperan dalam membuka cakrawala Mill pada
masalah ekonomi yang semakin rumit.
Dengan memperhatikan pandangan Malthus dan Ricardo, Mill melihat
bahwa ekonomi tidak akan mengalami pertumbuhan sesuai dengan yang diharapkan,
dan cenderung mengalami stagnasi karena terlalu pesimistis. Didalam bukunya,
Mill mencoba membangkitkan semangat kewiraswastaan yang besar dalam iklim
usaha.
2.John Stuart Mill: Seorang Utilitarian
John Stuart Mill menulis buku On
Liberty dan Utilitarianism sebagai bukti atas obsesinya terhadap dua
masalah yang tampak saling bertentangan. Ia melihat bahwa setiap tindakan
manusia akan dinilai etis jika tindakan tersebut tunduk pada prinsip kegunaan:
mengusahakan kebahagiaan. Ia berguru pada Jeremy Bentham yang merumuskan
prinsip kegunaan: “Setiap tindakan akan dinilai baik jika tindakan itu
mengakibatkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang banyak.” Disisi lain, Mill
mencoba menarik diri dari utilitarisme hedonistis dengan secara kreatif
menafsir gagasan kesenangan sebagai kualitas manusia. Ia berguru dengan
Aristoteles yang menjelaskan bahwa kebahagiaan menyangkut juga rasa senang,
namun yang dimaksud dengan rasa senang disini tidak harus dipahami dalam arti
hedionistis, seolah-olah kenikmatan jasmani menjadi tujuan satu-satunya. Mill,
mengungkapkan keyakinan ini dalam kalimat termasyur: “Lebih baik menjadi
manusia yang tidak puas daripada babi yang puas; lebih baik menjadi Sokrates
yang tidak puas daripada seorang tolol yang puas.”
Unsur lain dari prinsip kegunaan adalah kebahagiaan dari jumlah
orang terbanyak. Mill mencoba menjelaskan hubungan antara kebahagiaan umum dan
kebahagiaan individu dalam analogi hubungan antara bagian dan keseluruhan. Mill
menjelaskan bahwa, setiap orang memiliki hasrat yang mendalam untuk bersatu
dengan orang lain. Karena perasaan ini, seseorang didorong untuk terlibat dalam
semua kepentingan yang lebih besar. Maka, perasaan sosial yang pada awalnya
muncul sebagai kenyataan natural, pada akhirnya berkembang menjadi suatu
kewajiban untuk memperhatikan kepentingan umum lebih dari kepentingan diri
sendiri.
Prinsip kegunaan dalam pandangan Mill, berarti bahwa individu tidak
boleh menjadi korban untuk kepentingan yang lebih besar. Mill, mencoba melihat
bahwa kebebasan manusia harus dipertimbangkan sebagai unsur yang paling penting
dalam kosepnya tentang keadilan. Unsur pertama dari rasa keadilan adalah
pengakuan atas klaim seseorang atas haknya, terutama hak individu atas
kebebasan. Rasa keadilan berarti keterarahan pada kebaikan umum atau
kebahagiaan bersama. Demi kepentingan kolektif, klaim individu atas haknya
wajib dilindungi masyarakat. Masyarakat wajib melindungi hak individu karena
klaim atas hak individu berkaitan dengan kebahagiaan umum.
3. Produksi dan Prinsip Kegunaan
Ilmu ekonomi berusaha memahami fenomena produksi
sebagai kegiatan yang teratur dan memiliki manfaat bagi kemakmuran bangsa. Mill
mengikuti kaum fisiokratis menegaskan bahwa kegiatan produksi merupakan pusat
dari kegiatan ekonomi yang mebuat sesuatu yang alamiah menjadi artificial atau
buatan.
Pertukaran dalam bentuk uang menjadi unsure kedua
dari kegiatan ekonomi suatu bangsa. Sebuah barang yang berguna namun tidak
dapat diuangkan dan dipertukarkan dalam pasar bukanlah suatu fakta ekonomis.
Mill menulis tentang uang sebagai kekuasan. Mill berpendapat bahwa barang
seperti makanan, pakaian, dan rumah tidak menentukan kemakmuran suatu bangsa.
Kemakmuran tidak ditandai oleh pemenuhan kebutuhan fisik sesaat, melainkan oleh
kontinuitas produk. Untuk mempertahankan pandangan ini Mill mengkritik
pandangan yang terlalu pesimistis mengenani overproduksi. Ia melihat
overproduksi bukanlah masalah ekonomi yang riil, sebaliknya, masyarakat harus
didorong untuk terus-menerus berproduksi. Karena morif dari setiap kegiatan
produktif adalah keinginan akan sesuatu yang lain. Mill merupakan orang pertama
yang membicarakan permintaan dan oenawaran sebagai schedules atau keadaan yang saling berhubungan. Dalam oenafsiran
yang lebih bebas, kita dapat mengatakan bahwa dalam ekonomi selalu ada
persamaan antara jumlah penawaran dan permintaan. Namun, ia mengingatkan bahwa
salah jika kita menyesuaikan produksi kita dengan permintaan pasar karena jika
produksi berkurang, maka permintaan akan diarahkan pada produk lain yang
ditawarkan di pasar.
Mill memberikan prioritas pada produksi dan berkata
jika kita ingin menciptakan suatu ekonomi yang membawa kemakmuran bangsa, kita
seharusnya tidak bertanya bagaimana produksi harus dibatasi hanya untuk permintaan
pasar. Mill memiliki beberapa alasan yaitu:
1. Kemakmuran
ekonomis tidak ditentukan oleh permintaan dari pihak konsumen karena konsumen
yang kaya dan boros hanya ingin meningkatkan harga pasar dan menutup
kemungkinan bagi orang miskin untuk menikmati produk mahal. Mill mengkritik
sikap konsumtif dari konsumen kaya dan kekurangan sikap hemat pada masyarakat
tradisional.
2. Produksi
merupakan sebuah basis yang memungkinkan kerja sama di antara pengusaha yang
bebas. Mill secara terus terang menganjurkan agar produksi dalam masyarakat
sebaiknya dipercayakan pada perusahaan swasta yang besar yang ia beri nama shareholding company.
4. Menghadapi Stagnasi Ekonomi
Mill menjelaskan hubungan antara ekonomi dan
moralitas, ketika ekonomi mengalami perkembangan yang stagnan.
Mill menemukan alasan mengenai stagnasi ekonomi
dalam buku David Ricardo, The Principle
of Political Economy and Taxation. Buku ini menjelaskan, ketika Negara
mengalami pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk akan mengalami perkembangan
yang pesat.
Dengan adanya perkembangan penduduk berarti lebih
banyak orang yang harus diberi makan, dan hal tersebut menuntut produksi lebih
banyak makanan. Konsekuensinya adalah tanah yang kurang subur harus digunakan.
Hal ini yang akan menaikkan sewa atas semua lahan dan meningkatnya sewa yang
harus dibayar kepada pemilik tanah. Ketika biaya produksi meningkat ( karena
pembayaran sewa tanah yang meningkat ), harga makanan juga ikut naik, hal ini
mengakibatkan gaji karyawan juga harus di naikkan untuk dapat membeli makanan
yang sudah dulu naik.
Upah yang adil adalah upah yang minimal dapat
membiayai semua kebutuhan subsisten setiap pekerja dalam suatu perusahaan.
Naiknya upah dan sewa tanah, keuntungan yang
seharusnya diperoleh para pemilik modal psti berkurang. Pemilik tanah menerima
sewa tanah yang lebih tinggi, upah naik untuk mengimbangi kenaikan biaya
makanan, sehingga keuntungan pasti menyusut derastis. Ketika keuntungan merosot
tajam, motivasi untuk mengumpulkan modal pasti lenyap. Kemajuan ekonomi akan berakhir
dan perkembangan ekonomi akan berhenti. Situasi inilah yang disebut dengan
stagnasi ekonomi : ekonomi mengalami zero growth.
Mill melihat bahwa ekonomi harus didorong lagi untuk
mengusahakan kebahagiaan umum, minimal menghindarkan penderitaan yang dapat
dialami oleh semua orang sebagai konsekuensi dari stagnasi ekonomi.
Mill menganjurkan agar kita tidak berpikir terlalu
muluk tentang suatu perkembangan ekonomi tanpa batas. Suatu perbaikan riil bagi
kondisi hadip manusia. Yang dimaksud dengan kondisi hidup manusia disini adalah
pengentasan dari kemiskinan dan dari nafsu hidup materialistic yang tak
terkendali ( konsumerisme ).
Menurut pinsip utilitarisme, kegiatan ekonomi pada
masa stagnan harus sebisa mungkin berkonsentrasi pada masalah kemiskinan dan
ketidakadilan ekonomi. Persoalannya sekarang adalah bagaimana menghadapi
kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi itu sendiri.
Mill melihat jalan yang ditempuh oleh banyak pejuang
masalah kemanusiaan salah, jika mereka mengambil pendekatan karitatif sebagai langkah
untuk menolong kaum miskin. Menurit Mill, pendekatan karitatif tidak akan
memecahkan masalah kemiskinan, yang diakibatkan oleh struktur ekonomi yang
tidak adil ( karena stagnasi ). Untuk melepaskan kaum miskin dari kemiskinan
dan ketidakadilan structural, orang miskin harus menolong dirinya sendiri
dengan keluar dari situasi kemiskinan tersebut. Ia harus bisa menganalisis
situasinya sendiri dan dengan bekal kesadaran tersebut, ia diberi kesempatan
untuk menolong dirinya sendiri.
Mill melihat bahwa pemerintahan dapat menciptakan
semacam lembaga kepemilikan ( instituation of ownership ), artinya suatu
pengakuan eksplisit tentang hak milik pribadi melalui kerja masing – masing
orang. Lembaga ini tidak lain dari suatu pengakuan, yang ditetapkan dengan undang
– undang untuk mengakui hak milik setiap orang yang telah dicapainya dengan
kerja keras.
Mill menolak lembaga warisan, warisan tidak membuat
anak orang kaya berjuang hidup sebagaimana kebanyakan anak normal lain yang
tidak memiliki warisan. Orang tua yang mengehndaki anaknya dapat berjuang hidup
sebgaimana anak lain di dunia, sebaiknya menyerahkan kekayaannya pada public
property. Mill menolak hak warisan atas tanah, karena tidak seorangpun di dunia
yang menciptakan tanah untuk dirinya sendiri.
5. Bisnis yang Ideal
Bisnis yang baik adalah bisnis yang mengarahkan diri
pada penciptaan sebuah masyarakat masa depan yang harmonis. Persoalannya
perusahaan mana dengan ciri-ciri bisnis yang baik, sehingga menjadi instrument
bagi masyarakat yang harmonis. Mill membicarakan tiga bidang yaitu:
a. Pertanian
Mill
berpendapat bahwa masalah pertanian terletak pada kepemilikkan tanah oleh para
pemilik tanah, suatu sistem yang memiliki banyak bentuk yang berbeda di negara
di dunia. Sistem ini merugikan para petani yang tidak memiliki tanah, tetapi
mengerjakan tanah dan memberikan hasil pertanian kepada pemilik tanah.
Sedangkan dalam persoalan keadilan sistem ini mengabaikan begitu saja kerja
keras petani.
Menurut
kaum fisiokratis pertanian yang baik dapat dikembangan melalui mekanisme
kompetisi. Mereka dapat menunjukkan kemampuan dalam bidang produksi dan
distribusi. Persoalan tanah di India misalnya pemakaian tanah di India
dilakukan oleh petani yang akan member hasil kepada raja melalui zamidar dan
juga pengumpul hasil pertanian. Secra tradisi petani memiliki sebidang tanah
dan hasilnya diserahkan kepada raja tetapi ketika Inggris menguasai India tanah
menjadi milih negara dan zamidar bertindak sebagai fungsionaris negara yang
memainkan fungsi perantara petani dengan bank. Struktur tersebut menghancurkan
struktur tradisional, menimbulkan kemiskinan karena petani yang tidak punya
uang terpaksa menjual tanah ke bank.
Pendekatan
kredit bank merupakan politik ekonomi agar pertanian menjadi bisnis yang
menguntungkan tetapi pendekatan ini memiliki dua kesalahan yaitu pertama,
pertanian yang produktif dijalankan secara besar dalam bentuk perkebunan
sedangkan dalam keanyataanya pertanian ini merugikan pihak petani kecil. Bentuk
usahanya harus berukuran kecil karena mereka dapat hidup makmur daripada petani
dengan skala besar. Kesalahan kedua yaitu pendekatan kredit tanah pada
keyakinan ideologis bahwa pertanian dapat menjadi sebuah bisnis yang
perkembangannya ditentukan oleh kompetisi. Mill mengidealkan petani skala kecil
dimana petani mengolah sendiri sesuai kemampuan dan menghindari kemungkinan
kemiskinan.
b. Perusahaan
Mill mengidealkan suatu perusahaan yang berskala
besar. Sebenarnya ada kelemahannya yaitu dimana perusahaan yang tidak mampu
bersaing akan mati dan hanya perusahaan yang dapat bersaing mampu bertahan
kemudian pengusaha dapat merampok apa yang menjadi hak karyawannya. Tetapi
keuntungannya yaitu jika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain.
Perusahaan akan tunduk pada prinsip lebih rasional, setiap perusahaan akan
ditetapkan oleh setiap pemegang saham. Karyawan dalam perusahaan juga dihargai
menurut keahliannya dan setiap perusahaan dapat menghasilkan produk karena
keahlian dan akan menjadi perusahaan yang bertahan dalam kompetisi. Keuntungan
lain yaitu muncul persatuan karyawan yang jumlahnya besar.
c. Bank
Kebutuhan akan bank berkaitan dengan situasi baru
sebagai akibat dari industrialisasi. Menurut Mill, industrialisasi telah
mengubah karakter hidup hemat dan kerja keras pada masyarakat. Akibatnya modal
yang harus ditabung menjadi semakin banyak dan keuntungan bisnis apapun menjadi
sedikit. Situasi perolehan keuntungan yang semakin rendah karena banyak orang
yang mau beresiko menanamkan modal dalam usha yang berskala besar. Mill melihat
peranan bank sangat penting karena bank memiliki fungsi menghidupkan iklim
spekulasi bisnis yang sehat. Bank dapat memainkan peranan strategis untuk
mencairkan modal dan menghentikan jatuhnya harga.