HEDONISME
Para
hedonis menjawab kesenangan (hedone) adalah hal yang terbaik bagi manusia.
Hědoně (dalam bahasa Yunani) adalah baik memuaskan keinginan kita, apa yang
meningkatkan kuantitas kesenangan atau kenikmatan dalam diri kita. Aristipos
menjawab yang sungguh baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal ini terbukti
karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik dengan kesenangan dan
bila tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi. Akan tetapi, ada batas
untuk mencari kesenangan. Aristippos pun mengakui perlunya pengendalian diri,
sebagaimana sudah diajarkan oleh gurunya, Sokrates. Yang penting adalah
mempergunakan kesenangan dengan baik dan tidak membiarkan diri terbawa olehnya,
sebagaimana menggunakan kuda tidak meninggalkannya tapi menguasainya sesuai
kehendak kita. Epikuros melihat kesenangan (Hědoně) sebagai tujuan kehidupan
manusia dan ia mengakui adanya kesenangan yang melebihi tahap badani, tapi
kesenangan rohani itu hanyalah bentuk yang diperhalus dari kesenangan badani.
Kesenangan
tidak harus dimanfaatkan. Ada tiga macam keinginan yang diajukan oleh Epikuros:
1. Keinginan
alamiah yang perlu (seperti makanan)
2. Keinginan
alamiah yang tidak perlu (seperti makanan yang enak)
3. Keinginan
alamiah yang sia-sia (seperti kekayaan)
Epikuros
menganjurkan pola hidup sederhana.
Tinjauan
kritis:
a. Dalam
hedonism terkandung kebenaran yang mendalam: manusia menurut kodratnya mencari
kesenangan dan berupaya menghindari ketidaksenangan bahkan kecenderungan ini
terdapat pada taraf tak sadar. Tapi apakah manusia selalu mencari kesenangan? Apakah manusia menurut kodratnya mencari
kesenangan dalam arti bahwa ia tidak lagi manusia, jika ia tidak mencari
kesenangan? Apakah tidak mungkin manusia membaktikan seluruh hidupnya demi
kebaikan orang lain dengan niat murni dan tanpa pamrih? Para hedonis selalu
bisa mengatakan bahwa mencari kesenangan adalah motivasi terakhir. Contohnya
saja Ibu Theresa dari Kalkuta beserta teman-temannya membaktikan hidupnya
melayani orang yang paling miskin dan menderita, para hedonis bisa saja
mengatakan bahwa mereka pada akhirnya melakukan itu untuk mencari kesenangan
untuk dipuji oleh khalayak ramai, untuk meraih Hadiah Nobel (dan ternyata
berhasil) atau sekurang-kurangnya untuk memperoleh kebahagiaan kekal disurga.
b. Kritik
lebih berat lagi dari anggapan bahwa kodrat manusia adalah mencari kesenangan,
ia sampai menyetarakan kesenangan dengan moralitas baik. Secara logis hedonism
harus membatasi diri pada suatu etika deskriptif saja (pada kenyataannya
kebanyakan manusia membiarkan tingkah lakunya dituntun oleh kesenangan) dan
tidak boleh merumuskan suatu etika normative (yang baik secara moral adalah
mencari kesenangan).
c. Para
hedonis mempunyai konsepsi yang salah tentang kesenangan. Mereka berfikir bahwa
sesuatu adalah baik karena disenangi. Karena sesuatu tidak menjadi baik karena
disenangi, tapi saya dijadikan senang karena memiliki sesuatu yang betul-betul
baik.
d. Jika
dipikirkan secara konsekuen. Hedonism mengandung suatu egoism karena hanya
memperhatikan kepentingan dirinya saja. Egoism yang dimaksutkan adalah egoism
etis yang mempunyai prinsip: saya duluan, orang lain belakangan.
Dalam
dunia modern ini rupanya hedonism masih hadir dalam bentuk lain. Hedonisme
berupa etika implisit yang mungkin tanpa disadari dianut oleh banyak individu
dewasa ini.
No comments:
Post a Comment