Perjalanan ekonomi Indonesia
Di
Indonesia terdapat dua kutub sistem ekonomi. Liberal kapitalis dan social
komunis. Tetapi sebenarnya sistem perekonomian Indonesia berdasarkan pada
keselarasan dan mengutamakan masyarakat bukan mengutamakan kemakmuran seseorang
saja. Jadi dua kutub tersebut tidak patut untuk ditetapkan dan dijalani di
Indonesia. Tahun 1955 menurut pendapat Wilopo cirri pokok dari ekonomi
Indonesia yaitu anti liberalism. Dengan
cirri-ciri sebagai berikut :
a). Tidak
memungkinkan eksploitasi manusia oleh manusia.
b). Tidak
memperlemah golongan ekonomi lemah.
c). Tidak
menciptakan ketimpangan besar dalam pemilikan kekayaan.
Ekonomi
anti-liberal mengarah pada asas kekeluargaan pada motif melayani kepentingan
masyarakat.
Sistem
perekonomian Indonesia adalah Ekonomi Pancasila yang artinya sistem
perekonomian Indonesia adalah sistem ekonomi campuran yang berdasarkan nilai –
nilai pancasila. Menurut sistem ini implementasi Indonesia dalam mewujudkanya
yaitu :
a.
menganut sistem pasar yang beretika dimana ada
pemerintah yang turut campur tangan untuk mengatur, mengawasi jalanya
perekonomian agar tidak terjadi kecurangan oleh para pelaku ekonomi dalam hal
ini pengusaha, sehingga persaingan usaha lebih sehat.
b.
Selain itu dalam sistem ekonomi
pancasila pemerintah juga sebagai pelaku ekonomi. Sesuai UUD 45 pasal 33
Pemerintah menjadi pelaku ekonomi di sector usaha yang mengelola hajat hidup
orang banyak, gunanya untuk mencegah terjadinya praktek monopoli swasta yang
merugikan konsumen dalam hal ini rakyat.
Harus diakui,
Pancasila disini menjadi suatu tembok yang membentuk mental kita menjadi
“ramah”, “murah hati”, dan “tidak enakan”. Sehingga sulit bagi kita untuk
mengejar dari ketertinggalan terhadap Negara-negara maju.
Namun, idealitas
sistem ekonomi pancasila tidaklah sama dengan realitasnya. Sistem ekonomi
Indonesia semakin lama terlihat semakin menuju liberal khas Amerika. Nilai
nilai ekonomi pancasila mulai ditinggalkan, persaingan usaha semakin didominasi
oleh swasta, terutama oleh swasta asing melalui perusahaan-perusahaan
multinasionalyang nota bene ada di berbagai negara. Keadaan ini jelas
membahayakan dan merugikan. Dikatakan berbahaya karena jika swasta apalagi
swasta asing telah mendominasi perekonomian, maka pemerintah akan dikendalikan
bukan mengendalikan, terutama jika swasta telah masuk dalam sektor usaha yang
mengelola hajat hidup orang banyak.
Kasus Perekonomian Indonesia
Berita yang menyatakan kasus tersebut :
Agus Faisal Karim dan Taufik Muharam
16/06/2009 21:10
Liputan6.com,
Pandeglang: Calon wakil presiden Boediono menggelar kampanye dialogis
dengan sejumlah pedagang tradisional Pasar Induk Badak di gedung PKRI,
Pandeglang, Banten, Selasa (16/6) siang. Sejumlah pedagang mempertanyakan
komitmen pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono terhadap keberadaan mereka
yang makin tergusur oleh pasar modern seperti minimarket. Para pedagang juga
mengeluhkan penggusuran sepihak yang kerap dilakukan pemerintah daerah jika
akan merenovasi pasar.
Boediono
menyatakan, keberadaan pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat akan
terus ditata agar bisa bersaing dengan pasar modern. Pemerintah daerah juga
diminta untuk membuat aturan ganti rugi dan relokasi yang baik jika merenovasi
pasar tradisional.
Dalam kampanye
dialogis tersebut, Boediono meminta masyarakat untuk tidak takut terhadap
dirinya yang kerap dicap sebagai pengikut ekonomi neoliberal. Boediono menilai
cap tersebut sebagai bentuk kampanye negatif karena selama ini dirinya selalu
mendorong ekonomi kerakyatan.
Di luar gedung
pertemuan, sejumlah mahasiswa Pandeglang berunjuk rasa menyerukan kepada
masyarakat untuk tidak memilih pasangan SBY-Boediono. Alasannya, SBY dinilai
tebang pilih dan tidak serius menuntaskan kasus korupsi yang ada di Pandeglang.
Misalnya, kasus suap dana pinjaman daerah Pemkab Pandeglang ke Bank Jabar
senilai Rp 200 miliar yang menjerat Bupati dan Wakil Bupati Pandeglang. Meski telah
ditetapkan sebagai tersangka, keduanya hingga kini tidak dijebloskan ke
penjara.(TES/ANS)
No comments:
Post a Comment